Oleh : Kapten Laut (PM) Dedy Ary, SAP
Apa dan bagaimana meningkatkan kepemimpinan perwira
polisi militer sebagai penegak hukum .Perwira
polisi militer merupakan pemimpin satuan
Polisi Militer, yang dalam tugas sehari-hari sebagai penegak hukum, sehingga
dikatakan pada tingkat perwira polisi militer
dituntut menguasai bidang tugas sebagi penegak hukum. Dengan demikian
perwira polisi militer diharapkan mengetahui bidang tugas secara detail dan
memahami sebagai penegak hukum baik secara dinas maupun pribadi, atau sering
diumpamakan seorang perwira polisi militer pada tataran ini dituntut mengetahui
denyut nadi dan tarikan napas setiap prajurit TNI AL.
Kepemimpinan adalah seni, dengan demikian tidak ada dua
pemimpin yang memiliki kesamaan baik secara fisik maupun secara mental. Dengan
demikian pada tataran perwira polisi militer, kepemimpinan pada tingkat letda,
lettu maupun kapten memiliki tingkat kemampuan yang berbeda pula. Fenomena ini
sangat menarik untuk di cermati, terutama pada tingkat perwira pertama sebagai
pemimpin yang baru lahir dan pada tingkat kapten senior yang sifat
kepemimpinannya sudah memasuki tahap pemahamam taktis.
Bila kita bicara
medan tugas perwira polisi militer, maka kita akan digiring ke medan tugas
lapangan atau setingkatnya, sehingga kepemimpinan lapangan harus menjadi
perhatian yang khusus dalam pembinaan, karena kepemimpinan lapangan memiliki
tantangan yang kompleks karena dipengaruhi langsung oleh banyak faktor, serta
berkembang sesuai dengan perubahan situasi.
Prinsip-prinsip
kepemimpinan militer, yang di kombinasikan dengan Prinsip 11 Azaz Kepemimpinan
TNI, Kode Etik Perwira TNI, Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Sapta Marga, dan
Sumpah Prajurit maka akan sangat membantu sebagai dasar pembinaan Kepemimpinan
TNI AL.
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG SERING
TIMBUL DI LAPANGAN ANTARA LAIN :
a. Masih
kurangnya pembekalan kepemimpinan Perwira Polisi Militer Angkatan Laut pada
tingkat perwira remaja terutama perwira
polisi militer lulusan Dik Capa dan perwira lulusan Sepa PK/PSDP yang
bersumber dari lulusan D3 dan Sarjana yang berasal dari berbagai korps yang ada
di TNI AL.
b. Kemampuan
tugas sebagai seorang Perwira Polisi Militer Angkatan Laut masih rendah bila
dihadapkan pada tingkat perkembangan teknologi dan tantangan tugas yang
dihadapi.
c. Kejenuhan
penugasan karena penempatan terlalu lama di satu satker.
d. Terjadinya
distorsi kepemimpinan lapangan yang menyebabkan terjadinya degradasi etika dan
moral kepemimipinan para Perwira Polisi Militer
Angkatan Laut.
Untuk mengatasi permaslahan
–prmasalahan yang sering mucul dilapangan maka para Perwira Polisi Militer
perlu memperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Kode Etik Perwira
“Kode Etik Perwira TNI Budi Bakti Wira Utama”
a. Perwira TNI
berbuat luhur, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa, membela kebenaran dan
keadilan, serta memiliki sifat-sifat kesederhanaan.
b. Perwira TNI
berbakti untuk mendukung cita-cita nasional, mencintai kemerdekaan dan
kedaulatan NKRI, menjunjung kebudayaan nasional, setiap saat bersedia membela
kepentingan nusa dan bangsa guna mencapai kebahagiaan rakyat Indonesia.
c. Perwira TNI
adalah ksatria, memegang teguh kesetiaan dan ketaatan, memimpin (soko guru)
bawahannya, berani bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
d. Pewira TNI
adalah penegak persaudaraan dan peri kemanusiaan, menjunjung tinggi nama dan kehormatan korps perwira TNI.
2. 11 Azas Kepemimpinan TNI
Kepemimpinan TNI yang dipakai sebagai
dasar dalam melaksanakan pembinaan adalah Pepemimpinan Pancasila yang berisikan
azas-azas sebagai berikut :
a. Takwa,
yaitu beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat kepadaNya.
b. Ing Ngarsa Sung
Tulada, yaitu memberi suri teladan dihadapan anak buahnya.
c. Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ikut bergiat serta menggugah
semangat ditengah-tengah anak buah.
d. Tut Wuri Handayani,
yaitu mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buahnya.
e. Waspada Purwa
Wisesa, yaitu selalu waspada, mengawasi, sanggup dan berani memberi koreksi
pada anak buahnya.
f. Ambeg Parama
Arta, yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
g. Prasaja,
yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
h. Satya,
yaitu sikap loyal timbal balik, dari atas, bawah dan samping.
i. Gemi Nastiti,
yaitu kesederhanaan dan kemampuan untuk membatasi pengeluaran yang tidak
berguna.
j. Balaka, yaitu
kemampuan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan
tindakan-tindakannya.
k. Legawa,
yaitu kemauan, kerelaan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan
kedudukannya kepada yang lebih muda.
3. Prinsip – Prinsip
Kepemimpinan
a. Efisien, tekun dan teliti. Pemimpin harus
dapat menentukan mana kepentingan yang harus didahulukan berkenaan dengan
anggaran.
b. Kenali diri kita. Pemimpin harus
intropeksi diri dari kelemahan namun harus dapat mencari kelebihan yang
terdapat pada dirinya.
c. Kenali anak buah dan pikirkan
kesejahteraannya dengan cara memberikan waktu kepada anak buah dan turut
merasakan masalah yang dihadapi anak buah.
d. Berikan penerangan kepada anak buah
tentang perintah yang diberikan.
e. Berikan contoh sikap, penampilan dan
penyelesaian tugas yang harus di laksanakan oleh anak buah.
f. Jamin anak buah untuk mengerti tugas yang
diberikan dan awasi pelaksanaannya.
g. Kembangkan kemampuan berpikir pemimpin harus terus belajar dan
menambah ilmu kepemimpinannya.
h. Dorong bawahan untuk mencari kejelasan
perintah agar perintah tidak berjalan berjalan dengan baik dan tujuan dapat
tercapai
4. Sapta Marga
dan Sumpah Prajurit
Sapta Marga dan Sumpah Prajurit merupakan
nafas kehihupan setiap prajurit, seorang perwira, berjiwa kesatria, sebagai bhayangkari negara dan
bangsa, loyalitas dan ketaatan kepada hukum dan negara merupakan suatu keharusan
yang tidak bisa ditawar-tawar.
Pembekalan dasar - dasar kepemimipinan pada tingkat perwira
pertama melalui pendidikan capa polisi
militer sangat terbatas, waktu tempuh pendidikan dasar keperwiraan yang
singkat, sementara materi pelajaran yang
diikuti sangat padat, sehingga pelajaran kepemimpinan hanya sebatas pengenalan.
Disisi lain pewira mantan Dik Capa merupakan anggota reguler yang sudah
berdinas ditingkat bintara dan bintara tinggi yang dalam kedinasannya dianggap
sebagai penghubung antara tamtama dan
perwira dalam tugas-tugas lapangan. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya merubah
sifat-sifat kepemimpinan dalam waktu yang singkat. Begitu juga pada perwira
lulusan Sepa PK/PSDP yang bergabung di Polisi Militer, disamping pendidikan
dasar keperwiraan yang singkat dan belum adanya bekal pengalaman penugasan,
sedang lattek-lattek kepemimpinan sangat terbatas. Namun demikian sebagai
seorang perwira pertama polisi militer yang dibebani sebagai pemimpin lapangan,
tidak ada alasan yang dapat dijadikan dalih dalam bertugas. Kondisi ini sangat rawan
apabila tidak segera diantisipasi.
Pada tingkat Pama Polisi Militer, utamanya perwira remaja
lulusan Sepa PK/PSDP kendala terbesar adalah kurangnya lattek – lattek pada
saat pendidikan, sedangkan beground pendidikan mereka berbeda. Pada kondisi ini, tugas-tugas yang
dilaksanakan bersifat teknik dan aplikatif, sedangkan teori dasar yang didapat
dipendidikan tidaklah memadai. Kemajuan teknologi tidak dapat diikuti oleh
perwira muda melalui pendidikan polisi militer. Adanya penempatan jabatan yang
tidak sesuai dengan beground pendidikan menuntut perwira yang bersangkutan
belajar sambil bekerja. Pada tingkat pama senior ada masa peralihan dari
sebagai pelaksana teknis menuju pelaksana tingkat taktis, yang ditandai dengan
promosi jabatan pamen yang tentunya membutuhkan kemampuan- kemampuan taktis
untuk menghadapi tugas-tugas yang dihadapi.
Penugasan yang terlalu lama disatu satker dapat
mengakibatkan kejenuhan, sehingga perwira yang bertugas dari paja sampai kapten
kurang memiliki pengalaman pada tugas yang berbeda, sehingga inovasi dan
improvisasi kepemimpinan tidak terjadi, hal ini akan menghambat perkembangan
perwira yang bersangkutan disaat memasuki jabatan promosi dan memasuki tingkat
pamen.
Distorsi etika dan moral kepemimpinan banyak terjadi pada
tingkat pama, faktor internal maupun ekternal sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pola san sikap, dan mental para pemimipin tingkat pama. Dalam
penugasan sehari-hari mereka bersentuhan langsung dengan prajurit dan bawahan
serta lingkungan yang dipimpin. Distorsi Etika dan Moral Kepemimpinan
diindikasikan oleh banyaknya pelanggaran
disiplin, tindak pidana ringan maupun berat. Hal ini disebabkan oleh pemahaman
terhadap prinsip-prinsip kepemimpinan seperti Prinsip Kepemimpinan Kode Etik
Perwira, 11 Azaz Kepemimpinan TNI, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit masih
terlalu dangkal.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Kepemimpinan yang
dijalankan secara efektif/efisien harus dilengkapi perangkat kekuasaan yang
melahirkan kebijakan/keputusan yang dituangkan dalam program kerja yang harus
dilaksanakan oleh seluruh bawahan dan sejajar dengan pertimbangan sudah
diperhitungkan tentang segala konsekuensi yang mungkin terjadi, apabila ada
pelanggaran kebijakan yang dilakukan maka akan terjadi sanksi hukum, itulah
gunanya kepemimpinan perwira POMAL dalam pendekatan hukum yang memiliki
kekuatan hukum dalam pelaksanaannya.Pembekalan dasar - dasar kepemimipinan pada
tingkat pama melalui pendidikan capa
polisi militer sangat terbatas. Suatu prinsip yang mungkin kurang dapat ditunjukkan
oleh seorang perwira pada saat mengatasi suatu permasalahan kepemimpinan dengan
menonjolkan azas yang sesuai dengan sifat dan kemampuan yang dimiliki oleh
Perwira Pertama polisi militer. Dengan melihat kenyataan tersebut, dimana
fungsi dari pada azas dan prinsip Kepemimpinan satu sama lain tidak dapat
dipisahkan bahkan saling mengisi, apabila diperbandingkan satu dengan lainnya,
maka azas – azas kepemimpinan lebih banyak mengutamakan kepada apa yang harus
dimiliki oleh seorang Pemimpin, sedangkan prinsip – prinsip Kepemimpinan banyak
berhubungan dengan bagaimana Kepemimpinan Perwira Pertama polisi militer dapat
dikembangkan dan diterapkan kepada situasi dan kondisi tertentu. Dalam hubungan
itu, adalah menjadi suatu kewajiban bagi para Perwira Pertama Polisi Militer
Angkatan Laut untuk mengembangkan dirinya sehingga mampu mengambil Azas – Azas
atau Prinsip – prinsip mana yang paling tepat untuk diterapkannya pada situasi
dan kondisi tertentu agar selalu berhasil dalam Kepemimpinannya.
Penugasan
yang terlalu lama disatu satker dapat mengakibatkan kejenuhan, sehingga perwira
yang bertugas dari paja sampai kapten kurang memiliki pengalaman pada tugas
yang berbeda, sehingga inovasi dan improvisasi kepemimpinan tidak terjadi, hal
ini akan menghambat perkembangan perwira yang bersangkutan disaat memasuki
jabatan promosi dan memasuki tingkat pamen sehingga membuat suasana di dalam
suatu organisasi menjadi kurang sehat.
Moral dan
disiplin bagian yang tidak terpisahkan karena keduanya sangat mendukung
kepemimpinan seorang perwira POMAL dalam menggerakkan anakbuahnya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Moral merupakan suatu kebanggaan dimana
seorang perwira harus dapat mengayomi anak buahnya, meningkatkan keberanian dan
percaya diri anggotanya, loyalitas adalah sangat penting bagi anggota karena
akan timbul kesetiaannya kepada pemimpin dan kesatuannya. Anggota tidak
dijerumuskan kepada hal lain yang yang tidak benar namun dipandu dan dipuji
terhadap hasil kerjanya yang baik, di luar itu usahakan hukuman adalah jalan
terkahir yang diterapkan kepada anggota yang bersalah sesuai alur “Reward and
Punishment”. Kemampuan berdisplin yang selalu mengikuti moral adalah belajar
dengan melalui naluri yang tajam hasil dari pengalaman, pemikiran, tindakan dan
tanggung jawab yang berisiko yang sering dilaksanakan disiplin yang tinggi
menjadikan seorang perwira POMAL sebagai contoh.
------15577/P------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar